USER/PIJAR (23/3). Indonesia berada di kawasan Asia Tenggara. Sebagai bagian dari Indonesia, Provinsi Sumatera Utara dipandang sebagai area yang secara geografis bertetangga dengan Asia Selatan dengan kondisi geografis berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang merupakan penghubung dengan daerah Asia Selatan. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu – RI) melalui Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) menyelenggarakan Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN) yang bertemakan Strategi Diplomasi di Asia Selatan yang bersinergi dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Kegiatan yang diadakan di Ruang Senat Akademik, Gedung Biro Pusat Administrasi USU ini mengikutsertakan para dosen, mahasiswa, berbagai lembaga terkait, akademisi, praktisi, dan media lokal maupun nasional.
Pembukaan yang diwakili oleh Wakil Rektor II USU Prof. Dr. dr. Muhammad Fidel Ganis Siregar, M.Ked.(O.G.), Sp.O.G.(K.) menyambut baik forum yang pertama kali diselenggarakan di USU ini guna meningkatkan pemahaman politik Indonesia yang bebas dan aktif sekaligus mempekenalkan kepada mahasiswa eksistensi dan kedudukan politik Indonesia di Asia Selatan.
Pelaksanaan forum yang bertajuk konsentrasi hubungan Asia Tenggara di Asia selatan ini dilatarbelakangi kunjungan Presiden RI, Joko Widodo di lima negara Asia selatan Januari silam, salah satunya India guna menekankan komitmen peningkatan hubungan bilateral, terkhususnya di bidang ekonomi. Pun, perhatian besar ditunjukkan oleh Presiden RI yang menganggap perlu diintensifkan dengan meningkatkan efektifitas di bidang diplomasi antara Indonesia dengan Asia Selatan.
Mengulik sisi politik dan hubungan sejarah, tentunya Asia selatan sangat dekat dengan Indonesia. Contohnya adalah diawali dengan zaman Konferensi Asia–Afrika yang berlangsung sejak tahun 1950-an serta Gerakan Non-Blok pada era 1961.
“Yang jadi pertanyaan hingga kini mengapa perdagangan kita masih sangat rendah. Untuk itulah dilaksanakannya forum ini untuk mendapati solusi. Forum seperti ini tiap tahunnya rutin digelar sebanyak empat kali. Sebagian besar dilaksanakan di universitas namun terkadang juga dilaksanakan di luar univeristas. Bulan lalu digelar di Universits Padjajaran. Selanjutnya, akan digelar di Jember dan yang terakhir masih dalam proses penentuan. Kami juga memiliki kerjasama kajian dengan universitas. Dalam kurun setahun ada dua kali. Tahun lalu di Universitas Malikussaleh di Aceh. Dan tahun ini di Universitas Almuslim, Aceh dan Universitas Nusa Cendana di Kupang, Nusa Tenggara Timur” ucap Ernawati, SIP, MDIP/MSA selaku Wakil Direktur Asia Selatan dan Asia Tengah Kemenlu – RI.
Lebih lanjut, Erna mengungkapkan “Ini adalah suatu forum kajian yang biasa di lakukan BPPK Kemenlu RI. Untuk engage ke para pakar ahli yang memiliki pemahaman mengenai isu terentu yang sedang kita kaji beserta para wakil dan pejabat pemerintah yang dianggap memiliki keahlian di bidang itu. Untuk kali ini, kami dari BPPK Kemenlu – RI bekerjasama dengan FISIP USU. Kita pandang penting seperti perdagangan dan investasi Indonesia yang didominasi oleh pasar tradisional. Seperti Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat. Sementara itu, ada kawasan-kawasan lain yang sebenarnya berpotensi besar untuk digarap. Kita perlu melihat langkah strategis ke depan. Misalnya, Asia Selatan jika sekarang dilihat memang belum terlalu kelihatan. Akan tetapi, dari sisi Produk Domestik Bruto masih rendah. Meskipun demikian, project pertumbuhan ekonomi sangat tinggi melebihi ekonomi dunia. Kedepannya, kita memprediksi akan memiliki peningkatan yang lebih baik”.
Melalui penyelenggaraan FKKLN, BPPK berupaya untuk mendukung optimalisasi hubungan bilateral Indonesia di Asia Selatan mendukung kepentingan nasional. Bebagai narasumber yang turut hadir sebagai pakar seperti Duta Besar Republik India untuk Indonesia, His Excellency Pradeep Kumar Rawat, Staf ahli Kementerian RI seperti Kepala BPPK Kementerian Luar Negeri; Dr. Siswo Pramono LL.M, Asisten Deputi Koordinasi Kerjasama Asia, Pasifik, dan Afrika Kemenko Polhukam, Pribadi Sutiono, serta dosen dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Paramadina.
FKKLN terdiri atas dua panel yang dibuka oleh keynote speaker, Duta Besar India untuk Indonesia, H.E. Pradeep Kumar Rawat. Paparan selanjutnya yang dimoderatori langsung oleh Dekan FISIP USU, Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si ini mendiskusikan tentang Overview Hubungan Indonesia dengan Kawasan Asia Selatan bersama Pribadi Sutiono; Dosen Magister Ilmu HI Universitas Paramadina. Kemudian, Panel II membahas tentang Pendekatan Strategis/Transaksional, General/Spesifik dalam Diplomasi Indonesia di Asia Selatan oleh Dr. Ahmad Qisai Ph.D; dan Dosen Magister Ilmu Hubungan Internasional Universitas Paramadina. Lebih lanjut, Panel III mendiskusikan mengenai Tren Perkembangan Geopolitik dan Geoekonomi Kawasan Asia Selatan dengan narasumber Yunizar Adiputera MA. Terakhir, perundingan mengenai Strategi dan Roadmap Diplomasi Indonesia di Asia Selatan. (Dinda Nazlia Nasution)